Fiza Ahmad Baizuri
4 min readMay 26, 2022

Cinta Orang Tua Sebagai Modal Kesehatan Mental Anak

Father and Mother Encouragement

Saya sendiri baru menyelesaikan buku The Art of Loving beberapa waktu yang lalu. Awalnya saya sama sekali belum terekspos dengan karya-karya Erich Fromm, paling hanya sekilas nonton konten atau baca-baca artikel tentang beliau. Setelah membaca buku ini saya bisa mengambil kesimpulan bahwa Erich Fromm adalah orang yang sangat teliti nan detail, juga kritis.

Saya menggaris-bawahi beberapa ide atau gagasan yang coba disampaikan oleh Erich Fromm dalam The Art of Loving meliputi konsep cinta termasuk cinta ibu dan cinta bapak yang mana saya anggap menarik untuk dibahas secara mendalam.

Cinta Ibu berarti cinta yang tidak mengharap apapun, tidak ada simbiosis mutualisme yang jelas di dalamnya. Maka dari itu, cinta ibu kerap kali dikatakan sebagai bentuk cinta yang paling tinggi. Ibu tidak mengharapkan balasan apapun dari anak kecilnya melainkan ibu dengan senantiasa terus memberi, memberi dan memberi demi kelangsungan hidup si anak.

Sedangkan, cinta bapak adalah bentuk cinta prasyarat. Artinya si anak harus memiliki kemampuan atau syarat khusus supaya bisa ‘diakui’ oleh bapak. Karakteristik cinta bapak itu tegas, penuh konsekuensi dan berputar dalam bagaimana menjalani hidup yang baik dan benar di tengah roda kehidupan dunia.

Erich Fromm dalam bukunya juga menekankan bahwa cinta ibu dan cinta bapak adalah basis atau modal bagi kesehatan mental anak. Saking krusialnya, kekurangan dari kedua bentuk cinta tersebut bisa melahirkan masalah serius atau gangguan mental.

Maka dari itu penting bagi si anak untuk mendapatkan cinta yang seimbang dari kedua ibu bapaknya sebagai modal untuk mengarungi dunia. Pada fase awal, ibu bertugas untuk menjaga, menaungi dan melindungi anak. Selanjutnya, tongkat estafet diserahkan pada bapak untuk mengenalkan anak pada dunia luar.

Sepertinya bukan rahasia lagi bahwa anak yang mendapatkan dukungan penuh atau kasih sayang orang tua cenderung untuk lebih sukses. Karena didikan yang baik, beberapanya tumbuh menjadi orang yang penuh kemampuan, juga menjadi pribadi dengan karakter yang matang.

Namun, realitanya tidak semua orang tua bisa menjadi seperti itu. Erich Fromm memberikan analogi seperti susu dan madu. Seorang anak memiliki dua kebutuhan dasar dari orang tuanya, susu sebagai gambaran untuk kebutuhan fisikal dan madu sebagai gambaran untuk kasih sayang yang bisa membuat si anak senang sepanjang waktu.

Kebanyakan orang tua mampu memberikan susu tetapi hanya sebagian kecil yang bisa memberikan madu juga. Menjadi orang tua memanglah tanggung jawab yang berat, soalnya pada masa-masa awal mereka tidak akan mendapatkan apa-apa. Melainkan harus terus memberi agar anak tumbuh dengan baik kelak.

Erich Fromm memandang cinta dan kasih sayang adalah jawaban bagi hampanya eksistensi manusia. Bagaimana tidak, kelihatannya setiap orang memiliki tendensi untuk mencari cinta untuk mengobati kesedihan mendalam. Beberapa orang beruntung, beberapa lagi tidak. Itulah hidup, seperti dadu yang terus dilemparkan. Kita tidak akan pernah tahu hasil yang didapat.

Kebanyakan anak cukup beruntung karena mendapatkan cinta ibu yang alami layaknya alam, tanah dan samudra. Tidak peduli seberapa banyak kebutuhan fisikal yang bisa disanggupi oleh orang tua tapi tetap tidak lebih penting dari kasih sayang. Maka dari itu, cinta tak bersyarat menjadi kerinduan paling mendalam, bukan hanya anak melainkan setiap manusia.

Cinta ibu dan cinta bapak tidak boleh lebih besar satu sama lain melainkan harus seimbang, karena keduanya bersifat komplementer atau saling melengkapi. Soalnya, pribadi yang dewasa merupakan pribadi yang memiliki sifat ibu dan ayahnya. Sifat ibu meliputi kekuatan untuk mencintai, menyayangi dan menaungi. Sedangkan sifat ayah lebih ke kemampuan untuk mengajari, nalar dan penuh pertimbangan.

Kegagalan dalam perkembangan cinta ibu dan cinta bapak bisa menjadi sebab neurosis, dalam jangka panjang bisa menyebabkan isu-isu serius lainnya. Jika cinta ibu berat sebelah dari ayahnya, maka si anak akan menjadi pribadi yang perlu dilindungi, perlu diperhatikan serta kurang mempunyai sifat ayah yang disiplin, mandiri dan suka berjelajah.

Sedangkan, jika ibunya dingin, tidak bersifat menaungi maka dia akan membenamkan diri pada sifat ayah yang penuh prinsip, tertib, otoritas serta dalam kondisi lebih buruk bisa saja keras dan tidak mempunyai sifat ibu yang penuh cinta dan kelembutan.

Terlepas dari kedua hal tersebut, hubungan ibu dengan anaknya sangatlah krusial. Seorang ibu memainkan peran ganda dalam perkembangan anak, ibu merupakan guru pertama dalam setiap aspek pertumbuhan dan perkembangan anak termasuk kecerdasan emosional, fisik dan kognitif. Sedangkan di sisi lain, figur ayah juga tidak kalah penting. Ayah yang baik mendorong anak untuk menjadi versi terbaik dari dirinya, menjadi lebih mandiri, berkarakter dan bertanggung jawab.

Pada akhirnya, anak yang merasa dicintai lebih penting dari apapun di dunia. Sebab dia punya “rumah” untuk pulang, punya tempat untuk berkeluh kesah ketika rencana-rencanya tidak terjadi sesuai harapan. Dukungan yang diberikan orang tua, kerap kali bisa membuat anak menemukan harapan ketika dunia tidak berpihak padanya. Terima kasih.

Fiza Ahmad Baizuri
Fiza Ahmad Baizuri

No responses yet